Strategi Komunikasi Dalam Pengaruh Perubahan Idemnity & Managed
Care
Kelompok 10
1. Bagaskara P.W
2. Ajeng Astriyani
3. Arya Mahessa
FAKULTAS ILMU
KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2015
KATA
PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai ”Strategi Komunikasi Dalam Pengaruh
Perubahan Idemnity & Managed Care”.
Makalah ini dibuat dengan berbagai
observasi dan di ambil dari beberapa referensi buku yang berkaitan dengan
komunikasi dan peran Idemnity & Managed Care dalam sebuah Organisasi.
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Depok, 20 April
2015
Kelompok 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Saat ini banyak perusahaan yang mengalami kerugian dengan diberlakukannya sistem Managed Care. Namun, sistem managed care ini dirasakan telah memberikan dampak yang signifikan dalam berjalannya bisnis proses di beberapa perusahaan.
Dalam konsep dasar asuransi,
asuransi adalah berlaku hukum jumlah besar, makin besar jumlah peserta makin
besar risiko yang dapat diedukasi. Jumlah peserta sangat tergantung dari
permintaan akan asuransi kesehatan, semakin besar permintaan, maka peserta
asuransi akan bertambah (Murti B, 2000). Sehingga banyak perusahaan yang
merubah sistem “Managed Care” menjadi “Indemnity Care” karena di anggap dapat
menekan biaya kesehatan dengan sistem plafon yang dapat mengurangi beban biaya
asuransi kesehatan.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Pergantian sistem Managed Care menjadi Idemnity dapat menciptakan beberapa polemik dan masalah tersendiri dalam sebuah organisasi. Organisasi yang besar biasanya memiliki desain organisasi, menurut Jay Galbraith (2007) desain organisasi adalah landasan atau fondasi untuk suatu yang dikendalikan oleh manajemen untuk mempengaruhi karyawannya. Sehingga dalam sistem penyampaian sosialisasi perubahan dari Managed Care ke Idemnity, organisasi sangat berperan dalam pengendalian reaksi setiap individu yang secara garis besar jika sosialisasi yang di sampaikan tidak tepat sasaran baik dari segi elemen waktu, dan individu, maka akan menimbulkan kesalahan informasi dan perbedaan pendapat terhadap cara pandangan dalam sistem perubahan managed care ke idemnity. Dan kemungkinan lebih parahnya akan menimbulkan beberapa reaksi yang menunjukan penolakan.
1.3TUJUAN
Tujuan pembahasan ini adalah :
1. Memberikan gambaran dan penjelasan tentang perbedaan manage care dan idemnity, dalam sebuah organisasi, serta menjelaskan kelebihan dari sistem idemnity care.
2.
Menentukan cara pengambilan strategi komunikasi yang ideal dalam proses
sosialisasi perubahan kebijakan dari asuransi sistem Managed Care ke Idemnity dengan
mengamati pola perilaku organisasi
Manfaat
:
1.
Memberikan gambaran tentang
perbedaan Managed Care & Idemnity Care.
2.
Mengetahui
cara strategi komunikasi dengan melihat beberapa elemen pendukung demi
tercapainya tujuan sosialisasi yang efektif dalam perubahan organisasi yang
dinamis.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Strategi
komunikasi yang efektif menurut Harold D. Lasswell salah seorang ilmuan politik
dari Amerika Serikat menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan
kegiatan komunikasi atau cara untuk menggambarkan dengan tepat sebuah tindak
komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who
Says What In Which Channel To Whom With What Effect? (siapa mengatakan apa
dengan cara apa kepada siapa dengan efek bagaimana)”. Sehingga dalam
penyampaian pesan di dalam organisasi, individu dapat menerima informasi
tersebut dari sumber yang tepat dan memberikan efek positif terhadap tindak perilaku individu dalam
organisasi.
Pandangan
multidisiplin dari perilaku organisasi mengilustrasikan sejumlah poin penting.
Pertama, perilaku organisasi merupakan cara berfikir. Perilaku di pandang beroperasi
pada tingkat individu, kelompok, dan organisasi. Dalam setiap dinamika organisasi, banyak
organisasi yang gagal dalam mengelola dan mengembangkan setiap individunya dalam
setiap kebijakan perusahaan yang telah di buat. Kendala tersebut diantaranya
bisa datang karena adanya perbedaan dan cara pandang individu dalam sebuah organisasi. Dan tidak
di pungkiri faktor keturunan bisa menjadi salah satu faktor kendala dalam tumbuhnya
sebuah organisasi.
Inti
dari sosialisasi suatu masalah adalah “send message” atau proses mengirim
pesan. Menurut Pamela A. Angell dalam
bukunya Bussiness Communication Design
(Chapter 3 page 75), ada beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan
pesan yakni:
·
Informasi tidak penting
Ubah
pekerjaan tertulis untuk mengurangi informasi berlebihan terutama kata atau
ide-ide yang berlebihan.
·
Detail yang hilang
Cukup
penting untuk melihat apa yang mungkin hilang dari pesan yang akan disampaikan.
Jika pemberi pesan sampai lengah sehingga meninggalkan informasi yang vital
seperti arah atau solusi untuk mendiskusikan masalah maka penerima pesan akan
bingung bahkan menjadi frustasi.
·
Agenda yang tersembunyi
Terkadang
perancang komunikasi menghilangkan informasi atau menyembunyikan motivasi yang
sebenarnya dari pesan tersebut. Strategi yang terukur ini dapat diketahui
sebelum waktunya jika penerima pesan peduli terhadap pesan yang memiliki motif
tersembunyi.
·
Kontradiksi
Terkadang
strategi yang bagus adalah menyajikan pandangan yang berlawanan ketika pemberi
pesan meyakinkan penerima pesan untuk merubah keyakinan atau perilaku, tetapi
pastikan pemberi pesan memimpin atau membantu mengarahkan penerima pesan untuk
mencari jalan keluar dari permasalahan. Dan pastikan pemberi pesan
mengklarifikasi informasi sehingga penerima pesan dapat memahami maksud dari
masalah, apa yang diinginkan pemberi pesan dan dimana pemberi pesan
memposisikan masalah.
·
Budaya yang tidak konsisten
Tinjau
kembali pesan yang disampaikan untuk memastikan bahwa nilai-nilai, keyakinan
dan semua perspektif budaya yang pemberi pesan sampaikan sesuai dengan penerima
pesan.
·
Maksud yang tidak akurat
Analisa
isi dari pesan yang disampaikan untuk memastikan bahwa informasinya akurat. Informasi
yang tidak akurat akan mengurangi kredibilitas pemberi pesan.
·
Format yang kurang sesuai
Ketika
perancang dokumen tertulis format sangat penting. Pastikan jenis dan ukuran
tulisan atau huruf sesuai sehingga bisa dibaca. Halaman tidak seharusnya terlihat
terlalu penuh dan data visual lain yang dimasukkan seharusnya lebih memudahkan
pemahaman penerima pesan.
“Timing is when you transmit your message. Good timing can be critical
in determining how welcome your message will be to your audience” (Bussiness
Communication Design, chapter 3 page 76). Dari penjelasan tersebut menerangkan
bahwa poin waktu menjadi salah satu parameter yang penting dalam menyampaikan
pesan. “No matter how skillfully your
message content is designed, choosing the wrong place for delivery can spoil
your chances”(Bussiness Communication Design, chapter 3 page 76-77).
Parameter penyampaian pesan yang penting dalam sebuah organisasi adalah tempat
untuk menyampaikan pesan. Jangan sampai persiapan isi konten yang ingin di
sampaikan dapat di pengaruhi karena pemilihan tempat yang tidak sesuai.
BAB
III
PEMBAHASAN
1. Revolusi
Sistem Managed
Care ke Idemnity
Managed Care adalah
sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang disusun berdasarkan jumlah anggota
yang terdaftar dengan kontrol mulai dari perencanaan pelayanan serta meliputi
beberapa ketentuan (Jacobs Philips, 1997). Medicaid
dikelola perawatan menyediakan untuk pengiriman manfaat kesehatan Medicaid dan
layanan tambahan melalui pengaturan kontrak antara lembaga negara Medicaid dan
organisasi managed care (MCOs) yang menerima satu set per anggota per bulan
(kapitasi) pembayaran untuk layanan ini.Beberapa negara menerapkan berbagai
inisiatif untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan perawatan luar managed
care tradisional. Inisiatif ini difokuskan pada
peningkatan pelayanan untuk populasi dengan kondisi kronis dan kompleks,
menyelaraskan insentif pembayaran dengan tujuan kinerja, dan membangun
akuntabilitas untuk perawatan berkualitas tinggi. Rencana
perawatan yang dikelola/Managed care adalah jenis asuransi kesehatan. Mereka
memiliki kontrak dengan penyedia layanan kesehatan dan fasilitas medis untuk
memberikan perawatan bagi anggota dengan biaya berkurang. Penyedia ini membuat
jaringan rencana tersebut. Berapa banyak perawatan Anda rencana akan membayar
tergantung pada aturan jaringanRencana yang membatasi pilihan Anda biasanya
biaya kurang. Jika Anda ingin rencana yang fleksibel, mungkin akan lebih mahal.
Ada tiga jenis rencana perawatan yang dikelola:
- Kesehatan Pemeliharaan Organisasi (HMO) biasanya hanya membayar untuk perawatan dalam jaringan. Anda memilih dokter perawatan primer yang mengkoordinasi sebagian besar perawatan Anda.
- Disukai Organisasi Provider (PPO) biasanya membayar lebih jika Anda mendapatkan perawatan dalam jaringan. Mereka masih membayar sebagian dari biaya jika Anda pergi ke luar jaringan.
- Point of Service (POS) rencana membiarkan Anda memilih antara HMO atau PPO setiap kali Anda membutuhkan perawatan.
Indemnity adalah skema jaminan kesehatan yang lebih menekankan
pada batasan biaya jaminan kesehatan, peserta mempunyai kebebasan memilih
dokter untuk konsultasi, dapat langsung ke dokter umum, spesialis maupun
laboratorium tanpa memerlukan surat rekomendasi dan tidak ada pembatasan daftar
obat dan pembatasan RS/ Klinik untuk berobat selama masih dalam jaringan
provider yang ditentukan. Asuransi Indemnity -
juga disebut "fee-for-service" - umumnya memberikan kebebasan yang
lebih besar dan fleksibilitas dari managed care. Namun, kita akan membayar lebih dari saku untuk perawatan
kesehatan yang kita dapatkan. Dengan cakupan
ganti rugi, kita dapat memilih dokter, rumah sakit, laboratorium, atau penyedia
medis lainnya.
Secara garis besar berikut perbedaan yang mendasar.
Managed Care
|
Indemnity
|
Mengcover tanpa plafon
|
Menggunakan sistem plafon
|
Tergantung kepada rumah sakit dan provider ditetapkan
oleh perusahaan asuransi
|
Bebas memilih provider yang ada
|
Peserta dikendalikan oleh rumah sakit melalui seleksi
yang cukup ketat
|
Dapat melakukan sistem reimburse
|
Proses berjenjang dan terstruktur
|
Bebas melakukan perawatan
|
“Unlike the traditional reimbursement systems that typically paid
provider charges without oversight or review unless there was evidence of
fraud, managed care plans use various review mechanism to reduce unnecessary
costs”(Introduction to health care economics & financial management,
page 41).
Dari penjelasan
menurut Susan tersebut menegaskan bahwa Managed Care memang merupakan salah
satu bentuk sistem asuransi kesehatan yang mengendalikan utilisasi dan biaya
yang efisien melalui seleksi dan pengawasan jasa. Sedangkan untuk indemnity,
dibedakan dengan keleluasaan penggunaan plafon. Indemnity inilah yang merupakan
regenerasi dari traditional reimbursement/konvensional. Untuk lebih mengetahui
perbedaan yang mencolok regenerasi dari indemnity kita lihat tabel perbedaan
asuransi konvensional dan managed care yang disajikan dalam modul program
pascasarjana magister ilmu kesehatan masyarakat Universitas Padjajaran, 2007,
hal.36 berikut:
KONVENSIONAL
|
MANAGED
CARE
|
Menghindari kerugian
|
Meningkatkan status kesehatan
|
Menggunakan experience rating
|
Menggunakan community rating
|
Tidak ada cost containment
|
Ada cost containtment
|
Tidak ada manajemen utilisasi
|
Ada cost utilisasi
|
Risk transfer
|
Risk sharing
|
Risiko terpilih
|
Komprehensif
|
2. Strategi Komunikasi Efektif
Manusia
pada hakikatnya adalah sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain,
tidak dapat dipungkiri sering terjadi interaksi antara manusia satu dengan yang
lainnya. Komunikasi merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia
karena merupakan suatu kebutuhan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan perilaku sehari-hari seseorang tidak akan lepas dari komunikasi, baik dalam
situasi formal maupun non formal. Dalam
bukunya Komang Ardana, Robbins dan Coulter mengatakan bahwa komunikasi adalah
penyampaian dan pemahaman suatu maksud, tanpa penyampaian maksud, komunikasi
tak akan pernah terjadi dan tanpa pemahaman maksud komunikasi jarang berhasil. Komunikasi
adalah proses sosial. Ketika menginterpretasikan komunikasi secara sosial,
maksud yang disampaikan adalah komunikasi selalu melibatkan manusia serta
interaksi. Artinya, komunikasi selalu melibatkan dua orang, yaitu pengirim dan
penerima. Keduanya memainkan peranan yang penting dalam proses komunikasi.
Dipandang secara sosial, komunikasi selalu melibatkan dua orang yang
berinteraksi dengan berbagai niat, motivasi, dan kemampuan. Seseorang yang
ingin menyampaikan maksudnya agar orang lain dapat mengerti adalah melalui komunikasi,
misalnya dalam suatu forum yang dipimpin oleh seseorang yang berpidato,
tentunya seseorang itu memiliki keinginan yang ingin disampaikan di depan forum
tersebut agar audien dapat menerima pesan dari isi pidato tersebut.
Hovland (dalam Krech, 1982) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh komunikator yang tingkat
kredibilitasnya tinggi akan lebih banyak memberi pengaruh
kepada perubahan sikap dalam penerimaan pesan daripada
jika disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya
rendah. Di
lihat dalam strategi penyampaian di atas, dapat di pahami bahwa strategi
penyampaian dalam sebuah organisasi harus mudah di pahami, dan dapat
mempertajam isi konten yang ingin di sampaikan sehinga dapat meningkatkan
sumber kepercayaan dari setiap karyawan. Sehingga karyawan yang masih awam
terhadap sistem idemnity care dapat dengan langsung memahami maksud dan tujuan
dari perubahan asuransi.
Seperti yang sudah
dijelaskan di landasan teori dari kutipan Pamela maka hal-hal yang membuat
pesan yang disampaikan menjadi cacat harus dihindari dengan strategi :
1. Petakan
tujuan dari pesan
Tujuannya adalah untuk
menginformasikan perubahan sistem asuransi kepada karyawan yang diterapkan di
dalam perusahaan guna mengatasi kesulitan keuangan yang dialami oleh
perusahaan.
2. Periksa
audien
Kita kenali dulu dalam level apa
karyawan yang perlu disosialisasi terutama dari segi pemikiran. Maka opsi
terbaik adalah mensosialisasikan hal ini ke dalam beberapa batch dimana setiap
batch merupakan batch dengan audien dengan level yang berbeda.
3. Pertajam
isi dari pesan
Kita pertajam dengan menggabungkan
dengan yang diketahui audien, dalam hal ini adalah karyawan, maka bisa kita
kaitkan dengan KPI (Key Performance Indicator) yang harus dicapai oleh
perusahaan, mungkin secara spesifik bisa kita masukkan ke dalam poin efisiensi
atau meminimalisir losses guna mendapatkan profit maksimal demi kesejahteraan
karyawan.
4. Pilih
channel
Kita sesuaikan dengan channel yang
sesuai mungkin. Jika memang channel yang diperlukan hanya cukup melalui email
atau memo maka tidak perlu dilakukan face to face. Perlu dilihat kondisi dan
iklim dari internal perusahaan.
5. Dapatkan
sumbernya
Sumber dari penggantian sistem ini
harus jelas, misal aturan pemerintah untuk efisiensi, kebijakan para
stakeholder & shareholder atau memang merupakan kewajiban(mandatory) yang
sudah ditentukan pimpinan perusahaan.
6. Bangkitkan
sumber kepercayaan
Penyampai pesan haruslah ditunjuk
seseorang yang memiliki kredibilitas tinggi di mata karyawan.
7. Hapus
atau singkirkan rancangan yang cacat/rusak
Kita hilangkan unsur-unsur yang
membuat informasi penggantian sistem asuransi ini menjadi kabur atau bahkan
cacat.
8. Kirim
pesan
Kita tentukan waktu dan tempat yang
memang sesuai dan efektif untuk menyampaikan perubahan ini. Semisal bersamaan
pembagian bonus karyawan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap
perubahan yang ada baik besar maupun kecil dalam organisasi pasti akan berdampak
pada perilaku karyawan atau perusahaan. Perlu dipelajari budaya dan iklim kerja
dan perilaku karyawan dalam organisasi sehingga kita dapat menginformasikan
perubahan sistem asuransi dari managed care ke indemnity dengan strategi yang
sesuai sehingga menghasilkan penerimaan dan pengertian dari karyawan tanpa
menghambat proses kerja dan produktifitas kerja setiap individu dalam
organisasi tersebut. Pemilihan strategi komunikasi yang tepat dapat berperan
sebagai komunikator cerdas dalam menyampaikan suatu pesan
Saran
Penulisan
ini masih jauh dari kata sempurna. Jika memang dilakukan penelitian tentang hal
ini kembali maka perlu dilakukan dengan lebih dalam lagi.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Henni Djuhaini, 2007, Asuransi
Kesehatan Dan Managed Care,
Pustaka Unpad, halaman.32
John M Ivancevich, 2005, Perilaku dan Manajemen
Organisasi jilid 2, Erlangga, Jakarta, halaman.20
Komang Ardana, Perilaku
Keorganisasian Edisi 2, Graha Ilmu,Yogyakarta,2009, halaman.56
Murti Bhisma, 2000, Dasar-dasar
Asuransi Kesehatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, halaman. 26-30
Pamela A.Angell, 2007, Bussiness Communication
Design, Second Edition, McGraw_Hill Irwin, Newyork, chapter 3 halaman 75-77.
Susan J.Penner, 1997, Introduction to health care
economics & financial management, Lippincott Williams & Wilkins,
California, halaman 38-41.